Rabu, 25 Juni 2014

Makalah Keterpaduan Iptek dan Islam



HUJAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Keterpaduan Iptek dan Islam
Dosen Pengampu : Lulu Choirun Nisa S.Si., M.Pd. dan Lutfiyah, M.Ag.







Disusun oleh:
Ulil Basiroh                                      (113511029)
Achmad Naqib                                 (113511033)
Fina Aulia                                         (123511033)
Isyana Laksmita Wardhani          (123511039)
Sri Wiji Lestari                                 (123511090)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014




I.        PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Semua yang terjadi di ruang lingkup alam semesta ini tak lain karena kehendak Allah SWT. Dari mulai mata yang berkedip, daun yang jatuh, planet yang mengitari garis edar, hingga tiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit. Tidak seorang pun yang bisa mendatangkan hujan ataupun menahannya turun ke bumi. Seperti firman Allah “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. Hujan adalah rahmat. Karena hujan merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas kehidupan dan memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia. Maka didalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa apa saja rahmat yang dibukakan bagi seseorang tidak ada satu kekuatanpun yang bisa mencegahnya. Demikian pula apa saja yang ditahan Allah dari seseorang tidak ada seseorangpun yang bisa memberikannya selain Allah.

B.       Urgensi
Setiap tetes air hujan yang diturunkan dari langit bukan semata-mata tetesan air tanpa makna. Tetesan air itu turun dengan melalui berbagai tahapan atau proses yang didalamnya terdapat banyak sekali manfaat terutama untuk kelangsungan hidup mahluk hidup. Proses terbentuknya hujan, air hujan yang turun terasa tawar, dan partikel yang diturunkan dengan bentuk yang berbeda mengusik perhatian para ilmuwan untuk mempelajari dan menelitinya secara dalam. Hingga pada awal abad ke-18 muncullah teori pembentukan hujan oleh para ilmuwan. Namun jauh sebelum teori itu ditemukan didalam al-Quran telah disebutkan ayat-ayat tentang hujan secara rinci. Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini disusun yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran proses terjadinya hujan berdasarkan sains dan al Qur’an maupun keterkaitannya.

II.        TUJUAN
A.         Untuk mengetahui pengertian hujan.
B.         Untuk menunjukkan proses terjadinya hujan menurut sains.
C.         Untuk menunjukkan proses terjadinya hujan menurut Islam.
D.        Untuk membuktikan adanya keterpaduan hujan menurut sains dan Islam.
E.         Untuk mengetahui apa saja manfaat hujan.

III.        PEMBAHASAN
       A.        Pengertian Hujan
Hujan adalah air yang turun dari langit. Seperti yang telah diketahui bahwa atmosfer memiliki beberapa lapisan yaitu troposfer, statosfer, mesosfer, termosfer, dan lonosfer yang mana pada setiap lapisan tersebut mempunyai masing-masing fungsi. Salah satunya adalah lapisan trotosfer yang berada pada ketinggian kurang dari 15 km diatas permukaan bumi dan merupakan tempat terjadinya peristiwa cuaca termasuk hujan.
Hujan yang turun ke bumi, tidak hanya dalam bentuk air atau es saja. Namun bisa juga dalam bentuk embun dan kabut. Hujan yang ketika jatuh ke permukaan bumi bertemu dengan udara yang kering, maka sebagian hujan dapat menguap kembali ke udara. Bentuk serta ukuran hujan bermacam – macam mulai dari diameter rata-rata 01 millimetre (0.039 in) hingga 9 millimetre (0.35 in). Butiran kecil disebut butiran awan dan berbentuk bola. Butiran hujan besar semakin pepat di bawah seperti roti hamburger, butiran terbesar berbentuk mirip parasut. Berbeda dengan kepercayaan masyarakat, bentuk butir hujan yang asli justru tidak mirip air mata. Butiran hujan terbesar di Bumi tercatat di Brazil dan Kepulauan Marshall pada tahun 2004—beberapa di antaranya sebesar 10 millimetre (0.39 in). Ukuran besar ini disebabkan oleh pengembunan partikel asap besar atau tabrakan antara sekelompok kecil butiran dengan air tawar yang banyak.[1]
Hujan turun dalam berbagai bentuk. Ada yang berupa gerimis, air bercampur serpihan es, dan salju, tergantung pada ketinggian lingkungan pembekuan (tinggi minimum yang memungkinkan tercipta kondisi suhu dan tekanan udara yang menyebabkan air membeku). Jika ketinggian lingkungan pembekuan kurang dari 300 m dari permukaan tanah, kristal-kristal es tidak memiliki waktu cukup untuk mencair sebelum mencapai tanah sehingga mereka jatuh sebagai salju. Dikawasan lingkungan hangat, lingkungan pembekuan cenderung lebih tinggi dan kristal sempat berubah menjadi tetes air sebelum mencapai permukaan tanah.[2]
Air hujan yang turun dari langit tidak berasa asin padahal 97% merupakan penguapan air laut yang asin. Namun, air hujan adalah tawar. Air Hujan bersifat tawar karena adanya proses fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan sunnatullah ini, darimanapun asalnya penguapan air ini, baik dari air laut yang asin, atau dari danau yang mengandung  banyak mineral, atau dari dalam lumpur, airnya yang menguap tidak pernah mengandung bahan lain apapun dari asalnya.[3]

B.         Proses Terjadinya Hujan Menurut Sains
Hujan terjadi akibat adanya pengaruh konveksi di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi merupakan sebuah proses pemindahan panas oleh gerak massa suatu fluida dari suatu daerah ke daerah yang lainnya. Massa atmosfer bagian bawah dihangatkan oleh radiasi matahari dan oleh panas yang diradiasikan dari bumi.[4] Air akan menjadi uap melalui penguapan (evaporasi). Uap air juga bisa berasal dari transpirasi tumbuhan, dan respirasi hewan dan manusia. Uap  air di atmosfer dibawa oleh angin dalam jarak yang jauh. Uap air yang naik terkumpul di udara menjadi dingin dan mengalami proses pemadatan (kondensasi). Dari hasil kondensasi akan menghasilkan awan. Awan-awan itu akan bergerak ke tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal, diagonal,  maupun horizontal.[5]
Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin  membesar dan saling bertumpang-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfer yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk. Karena terlalu berat dan tidak mampu lagi ditopang oleh angin dan akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi (proses jatuhnya air kepermukaan bumi). Karena semakin rendah, mengakibatkan suhu semakin naik maka es/salju akan mencair, namun jika suhunya sangat rendah, maka akan turun tetap menjadi salju.[6]
Hingga awal abad ke-20 satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran mengawinkan oleh angin dalam pembentukan hujan.
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah ribuan partikel kecil terlempar ke udara. Partikel-partikel ini yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu-debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh angin dan bertemu dengan uap air disana. Uap air mengembun disekitar partikel ini dan berubah menjadi butiran air. Butiran air ini mula-mula berkumpul membentuk awan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan. Jadi angin berperan mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut sehingga membantu pembentukan awan hujan.[7]
Dari pemaparan diatas tentang proses terjadinya hujan secara sains, pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahapan umum. Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara. Kemudian bahan mentah tadi terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul dari awan tersebut.[8]

C.         Proses Terjadinya Hujan Menurut Islam
Di dalam al Qur’an, lebih dari 1400 tahun yang lalu, Allah telah menerangkan pada umat manusia tentang proses terjadinya hujan. Salah satu firman Allah itu terdapat dalam surat Ar Rum ayat 48 :
ª!$# Ï%©!$# ã@Åöãƒ yx»tƒÌh9$# 玍ÏWçGsù $\/$ysy ¼çmäÜÝ¡ö6usù Îû Ïä!$yJ¡¡9$# y#øx. âä!$t±o ¼ã&é#yèøgsur $Zÿ|¡Ï. uŽtIsù s-øŠsqø9$# ßlãøƒs ô`ÏB ¾ÏmÎ=»n=Åz ( !#sŒÎ*sù z>$|¹r& ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ô`ÏB ÿ¾ÍnÏŠ$t7Ïã #sŒÎ) ö/ãf tbrçŽÅ³ö;tGó¡o ÇÍÑÈ  
Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (QS Ar Rum : 48)
Menurut M. Quraish Shihab, surat Ar Rum ayat 48 diatas menjelaskan proses turunnya hujan, dari saat mengirim angin, menggerakkan awan, membentangkannya di awan, menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu hujan keluar dari celah-celah awan itu, kemudian  Allah SWT mencurahkan hujan tersebut kepada siapapun yang dikehendakinya.[9]
Sedangkan pendapat Harun Yahya berkenaan ayat diatas ada 3 tahapan pembentukan hujan[10], yaitu:
1.     Tahap Pertama
Dialah Allah Yang mengirimkan angin...”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfer. Kemudian partikel ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut perangkap air.
2.     Tahap Kedua
“...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
3.     Tahap Ketiga
“...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya...”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Selain dalam surat Ar Rum ayat 48, Allah SWT juga berfirman dalam ayat lain berkaitan dengan proses terjadinya hujan, ayat-ayat tersebut diantaranya:
1.     QS Al Hijr ayat 22
$uZù=yör&ur yx»tƒÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøŠs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»sƒ¿2 ÇËËÈ  
“Dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan kami turunkan hujan dari langit lalu kami beri minum kamu dengan air itu” (QS Al Hijr : 22)
2.     QS An Nuur ayat 43
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# ÓÅe÷ム$\/$ptxž §NèO ß#Ïj9xsム¼çmuZ÷t/ §NèO ¼ã&é#yèøgs $YB%x.â uŽtIsù šXôŠtqø9$# ßlãøƒs ô`ÏB ¾Ï&Î#»n=Åz ãAÍit\ãƒur z`ÏB Ïä!$uK¡¡9$# `ÏB 5A$t7Å_ $pkŽÏù .`ÏB 7Štt/ Ü=ŠÅÁãŠsù ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ¼çmèùÎŽóÇtƒur `tã `¨B âä!$t±o ( ߊ%s3tƒ $uZy ¾ÏmÏ%öt/ Ü=ydõtƒ ̍»|Áö/F{$$Î/ ÇÍÌÈ  
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bersusun-susun maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, yaitu dari gumpalan-gumpalan awan seperti gunung-gunung, maka di timpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan” (QS An Nuur : 43)
3.     QS Al A’raf ayat 57
uqèdur Ï%©!$# ã@Åöãƒ yx»tƒÌh9$# #MŽô³ç0 šú÷üt/ ôytƒ ¾ÏmÏGuH÷qu ( #Ó¨Lym !#sŒÎ) ôM¯=s%r& $\/$ysy Zw$s)ÏO çm»oYø)ß 7$s#t6Ï9 ;MÍh¨B $uZø9tRr'sù ÏmÎ/ uä!$yJø9$# $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# 4 šÏ9ºxx. ßl̍øƒéU 4tAöqyJø9$# öNä3ª=yès9 šcr㍞2xs? ÇÎÐÈ  
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran” (QS Al-A’raf : 57)

D.        Keterpaduan Hujan Menurut Sains dan Islam
óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky­ ÇÎÌÈ  
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS Al Fushilat : 53)

Sesuai dengan firman Allah SWT diatas, maka tidak akan satupun kekeliruan dalam al Qur’an, termasuk pembahasan al Qur’an mengenai hujan. Penemuan- penemuan tentang kejadian alam semesta ini tidak akan sekali-kali bertentangan dengan apa yang terkandung dalam al Quran. Hal ini disebabkan kedua-duanya berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu, semakin banyak ditemukan fakta-fakta ilmiah tentang suatu hal, maka akan semakin jelas pula bahwa al Qur’an itu benar.
Dalam ilmu pengetahuan modern, tahapan-tahapan pembentukan hujan baru dapat dipahami setelah ditemukannya radar cuaca (istilah radar digunakan pertama kali tahun 1941, sedangkan cikal bakal radar dikembangkan oleh Robert Watson-Watt pada tahun 1915)[11]. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahapan umum. Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara. Kemudian bahan mentah tadi terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul dari awan tersebut.[12]
Proses pembentukan hujan dalam al Qur’an juga terdiri dari tiga tahapan. Yang pertama, angin sebagai pembawa bahan mentah hujan, kemudian bahan baku itu diarak, dibentangkan, serta dijadikan bergumpal/bertumpang-tindih (menjadi awan), dan yang terakhir keluarlah air dari celah-celahnya.
Jadi, proses pembentukan hujan dalam al Qur’an selaras dengan penjelasan sains. Bahkan dalam al Qur’an ada beberapa ayat berkenaan dengan proses pembentukan hujan. Ayat-ayat tersebut diantaranya surat Ar Rum ayat 48, surat Al Hijr ayat 22, surat An Nuur ayat 43, dan surat Al A’raf ayat 57.
Selanjutnya, berbicara mengenai kadar air hujan yang turun ke bumi, Allah berfirman dalam al Qur’an surat Adz Dzukhruf  ayat 11 :
Ï%©!$#ur tA¨tR šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷Ž|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. šcqã_tøƒéB ÇÊÊÈ
”Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS Adz Dzukhruf : 11)

Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar tertentu”. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Dalam sains, telah diketahui bahwa air hujan yang menguap dan turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan ternyata berjumlah tetap,  yakni 513 triliun ton per tahun (dengan rincian 16 juta ton per detik air yang menguap). Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur'an dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Hal ini juga telah diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya :
ما من عام باقل مطرا من عام
“Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun (yang lain)”
Al-Baihaqi meriwayatkan hadits ini dalam As-Sunan Al-Kubra (Juz III/363) dari Ibnu Mas’ud, dari Rasulullah SAW.[13]
Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan kehidupan ini. Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.[14]
E.         Manfaat Hujan
Hujan berasal dari penguapan air yang ada di atas bumi yang membentuk awan  di langit. Awan awan itu kemudian bertumpuk tumpuk dan saat melemah , awan menurunkan hujan. Awan mengandung  50-5000 tetes air hujan per sentimeter kubik. Air hujan yang turun itu kemudian membasahi bumi menebarkan kesegaran bagi segala sesuatu yang ada di atas bumi. Hujan memiliki daya yang menghidupkan hinggga Allah SWT di dalam Al Qur’an menyebutkan bahwa Dia menghidupkan negeri yang mati (tandus) dengan air hujan.[15]
$uZø9¨tRur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB %Z.t»t6B ...... 
“Dan Kami turunkan dari langit, air hujan yang banyak manfaatnya (diberkahi)...…” (QS. Qaaf : 9)
Dari sini tampak  bahwa terjadinya hujan merupakan nikmat dan anugerah dari Allah. Dia memberikan keutamaan kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya. Di antara manfaat turunnya hujan adalah sebagai berikut:
1.     Sebagai Rezeki Bagi Seluruh Manusia
uqèdur Ï%©!$# ã@Åöãƒ yx»tƒÌh9$# #MŽô³ç0 šú÷üt/ ôytƒ ¾ÏmÏGuH÷qu ( #Ó¨Lym !#sŒÎ) ôM¯=s%r& $\/$ysy Zw$s)ÏO çm»oYø)ß 7$s#t6Ï9 ;MÍh¨B $uZø9tRr'sù ÏmÎ/ uä!$yJø9$# $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# 4 šÏ9ºxx. ßl̍øƒéU 4tAöqyJø9$# öNä3ª=yès9 šcr㍞2xs? ÇÎÐÈ  
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. (QS Al A’raaf : 57)

Allah memberikan kemampuan kepada air untuk menghidupkan sesuatu yang sudah mati, seperti tanah karena kandungan-kandungannya (maksudnya sebagaimana Allah mengirimkan ion-ion hidrogen kepada tanah lalu menghidupkannya). Sesungguhnya, jika berkehendak, Dia mampu mengembalikan kehidupan kepada manusia setelah mereka mati.

2.     Untuk Menghidupkan Bumi
Ï%©!$#ur tA¨tR šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷Ž|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. šcqã_tøƒéB ÇÊÊÈ  
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)”. (QS Az Zukhruf : 11)

Menurut para ilmuwan pada hakekatnya, tanah itu hidup. Hanya saja, vitalitasnya baru dapat bergerak dan berdenyut setelah turunnya hujan. Ada banyak bakteri di dalam tanah. Jumlahnya mencapai satu triliun bakteri dalam satu gram tanah. Ketika hujan terhenti dalam waktu yang panjang, bakteri-bakteri ini kehilangan aktivitasnya secara sempurna dan berubah menjadi seperti kelompok gen yang mati. Saat turun hujan, bakteri-bakteri ini mendapatkan kembali vitalitasnya dan mulai melakukan produksi, terutama memproduksi nitrogen. Aktivitas ini sampai pada aktivitas memberikan kehidupan pada ribuan makhluk hidup yang kecil.
Demikianlah kehidupan yang merambah di negeri yang mati dibawah tanah. Dengan itu, terbentuk rabuk dan hiduplah bermacam-macam biji-biji kecil yang tidak terlintas dalam benak manusia. Semut dan serangga-serangga  kecil lainnya itu membuat sarang-sarangnya di sana. Dengan begitu terbentuklah kotak dibawah tanah. Demikianlah negeri mati berubah menjadi negeri yang mendenyutkan kehidupan.

3.     Untuk Dikonsumsi Oleh Makhluk Hidup di Bumi

uqèd üÏ%©!$# tAtRr& šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ( /ä3©9 çm÷ZÏiB Ò>#tx© çm÷ZÏBur ֍yfx© ÏmŠÏù šcqßJŠÅ¡è@ ÇÊÉÈ  
“Dialah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kalian mengembalakan ternak kalian.” (QS. An-Nahl : 10)[16]

Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat, tidak hanya manusia, tapi hampir semua makhluk. Allah membagikan hujan dengan sangat teliti dan bijaksana. Air yang dibawa oleh hujan mengalir dari daratan ke lautan dan samudra setelah menjalankan perannya dalam mengairi tumbuh-tumbuhan, member minum hewan-hewan dan manusia yang banyak, meremukkan bebatuan bumi, membentuk tanah, mengentalkan keledak (sedimen) yang masih mentah, membuat dan membelah saluran dan aliran air, termasuk meringankan dan melembabkan udara.

4.     Sebagai Penyuci Dalam Thaharah
ãAÍit\ãƒur..... Nä3øn=tæ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB Nä.tÎdgsÜãÏj9 ¾ÏmÎ/ ......... ÇÊÊÈ  
“.....dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu .....”,  (QS Al Anfaal : 11)
Air hujan yang turun dari langit hukumnya adalah suci. Bisa digunakan untuk berwudhu, mandi atau membersihkan najis pada suatu benda. Meski pun di zaman sekarang ini air hujan sudah banyak tercemar dan mengandung asam yang tinggi, namun hukumnya tidak berubah, sebab kerusakan pada air hujan diakibatkan oleh polusi dan pencemaran ulah tangan manusia dan zat-zat yang mencemarinya itu bukan termasuk najis. Ketika air dari bumi menguap naik ke langit, maka sebenarnya uap atau titik-titik air itu bersih dan suci. Meskipun sumbernya dari air yang tercemar, kotor atau najis.
Sebab ketika disinari matahari, yang naik ke atas adalah uapnya yang merupakan proses pemisahan antara air dengan zat-zat lain yang mencemarinya. Lalu air itu turun kembali ke bumi sebagai tetes air yang sudah mengalami proses penyulingan alami. Jadi air itu sudah menjadi suci kembali lewat proses itu


IV.        KESIMPULAN

A.       Hujan adalah air yang turun dari langit sekalipun dalam bentuknya ada yang berupa gerimis, air bercampur serpihan es, dan salju, tergantung pada ketinggian lingkungan pembekuan.
B.       Pembentukan hujan menurut sains terjadi dalam tiga tahap. Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara. Kemudian bahan mentah tadi dikawinkan dan terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul dari awan tersebut.
C.       Pembentukan hujan dalam al Qur’an juga terdiri dari tiga tahapan. Yang pertama, angin sebagai pembawa bahan mentah hujan, kemudian bahan baku itu diarak, dibentangkan, dikawinkan serta dijadikan bergumpal/bertumpang-tindih (menjadi awan), dan yang terakhir keluarlah air dari celah-celahnya. Proses ini dijelaskan dalam surat Ar Rum ayat 48, surat Al Hijr ayat 22, surat An Nuur ayat 43, dan surat Al A’raf ayat 57.
D.      Kajian sains mengenai hujan dan kadar hujan yang turun ke bumi setiap tahunnya selalu sama, selaras dengan penjelasan al Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Ini menunjukkan keterpaduan antara sains dan islam.
E.       Beberapa manfaat hujan diantaranya sebagai rezeki bagi seluruh manusia, untuk menghidupkan bumi, dan dikonsumsi oleh makhluk hidup di bumi.

V.        PENUTUP
Demikian penjelasan yang dapat kami uraikan dalam makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun agar makalah ini menjadi yang lebih baik. Akhir kata, kami sebagai pemakalah memohon maaf apabila ada kesalahan dalam isi makalah maupun sistematika penulisan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA
_______________, 2007, Ensiklopedia IPTEK Jilid 1, Jakarta : Lentera Abadi
An-Najjar, Zaghlul, 2011, Sains dalam Hadits, Jakarta : AMZAH
Neil, Campbel A, 2004, Biologi Jilid 3, Jakarta : Erlangga
Sakho, Muhammad Ahsin, Dr., 2009, Ensklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunah-Kemukjizatan Tentang Bumi dan Laut, Jakarta : PT Kharisma Ilmu
Shihab, M. Quraish, 2012, Al-Lubab, Tangerang : Lentera Hati
Tjasyono, Bayong, 2013, Ilmu Kebumian Dan Antariksa, Bandung : Remaja Rosda Karya
Yahya, Harun, 2002, Al-Qur’an Dan Sains, Bandung : Nickleodeon Books

__________________, 2008, Proses Terbentuknya/Terjadinya Hujan Alami dan Buatan – Ilmu Pengetahuan Fisika, www.organisasi.org, diakses pada tanggal 4 April 2014
__________________, _____, Radar, www.wikipedia.org, diakses tanggal 5 April 2014
Harun, Yahya, _____, Kadar Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
________________, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada 4 April 2014
________________, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan diakses pada tanggal 26 Juni 2014)



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan (diakses pada tanggal 26 Juni 2014)
[2] Ensiklopedia IPTEK Jilid 1, (Jakarta : Lentera Abadi, 2007), hlm. 38-39
[4]Campbel Neil A, Biologi Jilid 3, (Jakarta : Erlangga, 2004), hlm. 277
[5]Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian Dan Antariksa, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2013), hlm. 129
[6]____, 2008, Proses Terbentuknya/Terjadinya Hujan Alami dan Buatan – Ilmu Pengetahuan Fisika, www.organisasi.org, diakses pada tanggal 4 April 2014
[7] Harun Yahya, Al-Qur’an Dan Sains (Nickleodeon Books: Bandung, 2002), hlm. 100-101
[8] Harun, Yahya, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
[9] M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Lentera Hati : Tangerang, 2012), hlm. 158
[10] Harun, Yahya, ____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada 4 April 2014
[11] ___________, _____, Radar, www.wikipedia.org, diakses pada tanggal 7 April 2014
[12] Harun, Yahya, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
[13] Zaghlul An-Najjar, Sains dalam Hadits, (Jakarta : AMZAH, 2011),  hlm. 88
[14] Harun, Yahya, _____, Kadar Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
[15] Muhammad Ahsin Sakho, Dr., Ensklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunah-Kemukjizatan Tentang Bumi dan Laut, (Jakarta : PT Kharisma Ilmu, 2009), hlm. 62-70
[16] An-Najjar Zaghlul, Sains dalam Hadits, hlm. 80-90

Tidak ada komentar: