Selasa, 10 Desember 2013

Ayat-Ayat Tentang Lingkungan Hidup

AYAT-AYAT TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

I.         PENDAHULUAN
Lingkungan yang merupakan alam tempat manusia berada didalamnya harus dijaga kelestariannya. Pelestarian ini diwujudkan dalam bentuk pemeliharaan alam, dimana segala yang berada di alam bukanlah untuk kepentingan manusia saja, tetapi juga untuk kepentingan makhluk lain. Akan tetapi, akhir-akhir ini keindahan alam sudah mulai memudar dengan munculnya perubahan cuaca diikuti global warming karena kerusakan alam yang parah akibat ulah tangan-tangan jahil yang menebang hutan secara liar tanpa adanya reboisasi, yang membuang sampah ke segala arah sesuai kehendaknya sendiri, sehingga menjadikan hutan gundul dan muncul pemandangan-pemandangan dan bahkan bau yang tidak sedap.
Manusia memiliki tanggung jawab yang besar di dunia ini. Dalam perannya sebagai khalifah, manusia harus mengurus, memanfaatkan, dan memelihara alam.. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan penafsiran Al-quran, yaitu penafsiran  tematik tentang lingkungan. Tentunya agar kita dapat mengambil pelajaran, diantaranya menumbuhkan kesadaran untuk bersikap positif, lebih peduli dan ramah terhadap lingkungan hidup kita,, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerusakan dan ketidaknyamanan terhadap lingkungan.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.       Apa makna lingkungan hidup dalam al-Qur’an ?
B.        Apa sebab-sebab kerusakan lingkungan hidup ?
C.       Sebutkan beberapa contoh kerusakan lingkungan yang disebut dalam al-Quran ?
D.       Apa akibat kerusahan ekosistem bagi kehidupan kehidupan ?
E.        Bagaimana sikap positif, ramah terhadap lingkungan hidup ?
III.   PEMBAHASAN
A.     Makna Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.[1]
     Sedangkan makna lingkungan hidup sebagaimana tertulis dalam surat Al-Mulk: 3-4 adalah :
Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù uŽ|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ   §NèO ÆìÅ_ö$# uŽ|Çt7ø9$# Èû÷üs?§x. ó=Î=s)Ztƒ y7øs9Î) çŽ|Çt7ø9$# $Y¥Å%s{ uqèdur ׎Å¡ym ÇÍÈ  
1.      Terjemahan
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS. Al-Mulk : 3-4)
2.      Asbabun Nuzul
      Penulis tidak menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
3.      Penafsiran
       Dalam ayat tersebut, Allah menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta termasuk tujuh langit yang berlapis-lapis. Sebagian lapisan langit itu berada di atas lapisan yang lain di alam semesta, seakan-akan terapung kokoh di tengah-tengah jagat raya tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali-temali yang mengikatnya. Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan baginya di tengah-tengah jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas ratusan ribu planet yang tidak terhitung banyaknya. Tiap-tiap planet berjalan mengikuti garis edar yang telah ditentukan baginya. Semuanya itu sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tabrakan dan kekacauan antara satu dan yang lainnya.
          Kata ar-rohman dalam konteks ayat tersebut bertujuan mengingatkan semua pihak bahwa ciptaan Allah baik yang terdiri dari tujuh langit maupun selainnya, benar-benar hanya karena rahmat dan kasih sayang Allah SWT., bukan karena sesuatu yang lain. Allah tidak menciptakan sesuatu apapun untuk meraih manfaat bagi-Nya, melainkan untuk melimpahkan rahmat kepada makhluk-Nya khususnya manusia.  Allah telag mengatur kebutuhan kita untuk menghirup udara yang segar berbeda dengan kebutuhan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan mengeluarkan oksigen agar manusia dan binatang dapat menghirupnya, sementara manusia dan binatang mengeluarkan karbondioksida agar pepohonan dapat mekar dan berbuah. Demikianlah Allah mengatur perincian ciptaan-Nya sehingga masing-masing menuju pada tujuannya.[2]
B.     Sebab-Sebab Kerusakan Lingkungan Hidup
Ketika kita mendengar kata kerusakan lingkungan hidup, pikiran kita langsung tertuju pada gempa bumi, longsor, kebarakan hutan, dan hal-hal buruk lainnya yang diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri.
Ath Thobari menjelaskan dalam kitabnya  “Jami’ al bayan fii ta’wiil al-Quran” : Allah SWT mengingatkan manusia bahwa, sudah Nampak kemaksiatan di daratan bumi dan lautnyadan itu semua akibat dari perbuatan manusia padahal Allah sudah melarangnya.[3]
Dalam konferensi Paris II yang diselenggarakan awal tahun 2007, lebih dari 500 ilmuwan dari seluruh dunia bertemu dan membuat seruan mendesak untuk kembali ke lingkungan yang bersih. Konferensi tersebut menelurkan tiga hasil:
1.      Kerusakan dan pencemaran lingkungan telah mencakupi darat, laut, bahkan manusia, tumbuhandan hewan.
2.     Manusia bertanggung jawab atas kerusakan dan pencemaran ini karena polutan berbahaya yang diproduksinya.
3.        Masih ada kemungkinan untuk kembali ke ambang batas normal karbon dalam atmosfer, yaitu dengan mengambil tindakan yang tepat dan berhenti mencemari atmosfer.[4]
Ternyata ketiga hasil konferensi ini dinyatakan secara ringkas dalam Alquran surah ar-Rum ayat 41.
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  
1.      Terjemahan
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41).
2.      Asbabun Nuzul
          Penulis tidak menemukan asbabun nuzul  untuk QS. Ar-Rum: 41 di berbagai referensi.
3.      Penafsiran
          Pada ayat sebelumnya dijelaskan adanya keterkaitan antara kondisi-kondisi kehidupan dengan perbuatan manusia dan juga menjelaskan tentang kerusakan hati manusia serta akidah dan amal mereka, akan menghasilkan kerusakan dibumi baik di daratan maupun di lautan. [5]
          Para ulama berbeda pendapat menafsirkan “kerusakan didarat dan di laut” dalam ayat ini.
          Qotadah dan As-Suudiy mengatakan yang dimaksud kerusakan adalah syirik, dan itu merupakan kerusakan yang paling besar. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, Ikrimah dan Mujahid mengatakan : “Yang dimaksud kerusakan di daratan yaitu seseorang membunuh saudaranya. Sedangkan kerusakan yang berada di lautan adalah mereka yang membawa kapal-kapal (mencari hasil laut) dengan paksa”. Ada yang mengatakan kerusakan di sini adalah kekeringan dan sediktnya tumbuh-tumbuhan dan kurangnya keberkahan. Ibnu Abbas mengatakan : “Kurangnya keberkahan dikarenakan perbuatan manusia agar mereka bertaubat”.[6]
          Kerusakan tersebut tidak mungkin terjadi tanpa adanya sebab dan terjadi secara tiba-tiba melainkan karena perbuatan dosa manusia dan sudah menyebarnya kedzoliman dimuka bumi.
          Dan firman Allah “supaya Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka”, Ath Thobari mengatakan : “Allah memberikan musibah kepada manusia akibat dari perbuatan-perbuatan mereka yang telah mereka lakukan, dank arena kemaksiatan-kemaksiatan yang telah mereka lakukan dengan tujuan “ agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” dan agar mereka kembali bertaubat dan meninggalkan maksiat.[7]
C.     Contoh Kerusakan Lingkungan yang Disebut dalam Al-Quran.
Di dalam alam semesta ini, telah terjadi kerusakan yang disebabkan oleh umat manusia. Contoh konkretnya telah disebutkan dalam Quran salah satunya tentang kaum nabi Nuh dan masa kerajaan Firaun
ôs)s9ur $uZù=yör& %·nqçR 4n<Î) ¾ÏmÏBöqs% y]Î7n=sù öNÎgÏù y#ø9r& >puZy žwÎ) šúüÅ¡÷Hs~ $YB%tæ ãNèdxs{r'sù Üc$sùqÜ9$# öNèdur tbqßJÎ=»sß ÇÊÍÈ  
1.      Terjemahan
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dalam keadaan mereka adalah orang-orang zalim. (QS. Al-Ankabut : 14)
2.      Asbabun Nuzul
Penulis tidak menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
3.      Penafsiran
Dari ayat-ayat sebelumnya, telah dijelaskan tentang cobaan, ujian, dan siksaan, serta menguraikan betapa kuasa dan luas ilmu Allah. Ayat selanjutnya bersangkutan dengan ujian serta ketabahan kaum yang beriman. Yakni kisah mengenai Nabi Nuh as. yang mengajak dan menuntun kaumnya dengan berbagai cara. Ia adalah Nabi yang paling lama menghadapi kaumnya. Ayat diatas menyatakan: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun”. Selama itu , Nabi Nuh mengajak dan menuntun kaumnya dengan berbagai cara dan selama itu pula hampir semua mereka membangkang dan durhaka, maka mereka yang durhaka itu ditimoa banjir besar , dalam keadaan mereka adalah orang-orang zalim yang mencapai puncak kezaliman terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kisah Nabi Nuh as. telah diuraikan dalam surat Hud. Di sini ada sedikit penambahan yaitu bahwa beliau berada di tengah kaumnya untuk berdakwah selama 950 tahun.  Sayyid Quthb berpendapat bahwa itu merupakan waktu yang sangat lama. dan selama itu pula hampir semua dari kaumnya  membangkang dan durhaka. Kaum yang membangkang itu ditimpa banjir besar dalam keadaan zalim. [8]
Sebagai nabi, Nabi Nuh tidak pernah lemah dan menyerah dalam berdakwah baik siang maupun malam, beliau selalu menasehati kaumnya. Namun, kaumnya tidak mau mengikuti ajakan Beliau, bahkan tetap di atas kekafiran. Sehingga tiba saat dimana Nabi Nuh as. mendoakan kebinasaan bagi mereka di dalam kesabarannya  dalam berdakwah.
Peristiwa tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi kita.
D.    Akibat Kerusahan Ekosistem Bagi Kehidupan
ãNåkøExs{r'sù èpxÿô_§9$# (#qßst7ô¹r'sù Îû öNÏdÍ#yŠ šúüÏJÏW»y_ ÇÒÊÈ  
1.      Terjemahan
kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.         (QS. Al-A’Raf : 91)
2.      Asbabun Nuzul
Penulis tidak menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
3.      Penafsiran
Sudah banyak peringatan yang disampaikan oleh Nabi Syu’aib as. kepada kaumnya yang telah dijelaskan pada ayat sebelumnya. Maka kini saatnya ancaman Allah dijatuhkan akibat keingkaran mereka kepada Allah serta perbuatan menghalangi orang lain untuk menganut agama Allah Orang-orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman yang setimpal. Oleh sebab itu, Allah telah menimpakan kepada mereka azab yang sangat berat berupa gempa dan petir yang dahsyat yang membinasakan mereka, sehingga mereka mati bergelimpangan di bawah reruntuhan rumah-rumah mereka, seolah-olah mereka tidak pernah ada di negeri itu.
Kisah nabi Syu’aib juga terdapat dalam surat asy syuarah, disini disebutkan bahwa nabi Suaib diutus Allah kepada penduduk negeri Aikah. Sedangkan dalam surat al a’rah disebutkan bahwa nabi Suaib adalah saudara sebangsa dari kaum Madyan, yaitu penduduk neegeri Madyan.
Kedua kaum tersebut mempunyai kesamaan, baik mengenai kekafiran mereka, maupun mengenai perbuatan maksiat yang mereka lakukan, misalnya ketidak jujuran mereka dalam menimbang dan menakar ketika jual beli. Nabi Syuaib menyiarkan agama kepada mereka semua. Azab Allah telah menimpa kedua golongan itu dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berdekatan jaraknya, maka azab yang ditimpakan kepada penduduk Madyan adalah berupa “ar rajfah”, yaitu gempa yang sangat dahsyat yang disertai suara gemuruh yang amat keras, sedang azab yang ditimpakan kepada penduduk Aikah adalah berwujud angin samum dan udara yang sangat panas, yang berahir dengan datangnya gumpalan awan. Mereka lalu beerkumpul dibawah awan yang menaungi mereka untuk mendapatkan udara yang sejuk,karena mereka menyangka awan itu akan membeerikan hujan akan tetapi gumpalan awan itu ternyata awan panas yang akan ditimpakan kepada mereka sehingga semuanya mati tertimpa awan panas.[9]
E.     Sikap Positif, Ramah Terhadap Lingkungan Hidup
Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷Š$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=ƒÌs% šÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ  
1.      Terjemahan
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.  (QS. Al A’raf: 56)
2,   Asbabun Nuzul
Penulis tidak menemukan asbabun nuzul ayat ini di berbagai referensi.
2.      Penafsiran
Dalam ayat ini Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani, dan rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber kehidupan (pertanian, perdagangan, dll), merusak lingkungan dan lain sebagainya.
Kata “Ba’da Ishlahiha” adalah setelah Allah memperbaiki penciptaannya sesuai dengan peruntukannya bagi kemanfaatan mahluk dan kemashlahatan orang-orang mukallaf. Bumi ini diciptakan Allah dengan segala kelengkapannya, seperti gunung, lembah, sungai, lautan, daratan, hutan, dan lain-lain, yang ssemuanya ditujukan untuk keperluan manusia, agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi dengan cara Allah menurunkan agama dan mengutus para rosul untuk memberi petunjuk agar manusia dapat hidup dalam kebahagiaan, keamanan dan kedamaian. Sebagai penutup kenabian, Allah mengutus rasulullah yang membawa ajaran islam sebagai rahmat semesta alam.
Sesudah Allah melarang manusia membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diungkap lagi etika berdoa. Ketika brdoa untuk urusan duniawi atau ukhrawi, selain dengan sepenuh hati, khusuk, dan suara yang lembut, hendaknya disertai pula dengan perasaan takut dan penuh harapan. Cara berdoa semacam ini akan mempertebal keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputusasaan, karena langsung memohon kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kaya.[10]

F.        ANALISIS
Alam ini diciptakan oleh Allah untuk manusia supaya dijaga kelestariannya. Kerusakan yang terjadi bukan karena alam itu sendiri, melainkan juga karena ulah tangan manusia yang lalai dalam tugasnya menjadi khalifah sebagai pengemban amanah agar tetap menjaga alam dengan baik.
Perilaku manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan contohnya seperti membuang sampah sembarangan, penebangan hutan secara liar, dan efek rumah kaca yang berlebihan. Padahal dampak dari itu semua menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Selain itu, di dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan tentang beberapa contoh kerusakan lingkungan seperti kisah kaum Nabi Nuh yang selalu menentang ajakan dan perintah Nabi Nuh hingga Allah menurunkan azab kepada mereka berupa banjir yang sangat besar.
Kerusakan lingkungan tersebut tentunya berdampak pada ekosistem kehidupan manusia . Oleh karena itu, dibutuhkan sikap positif dan ramah terhadap lingkungan hidup.

G.      KESIMPULAN
Lingkungan hidup yang ada disekitar kita harus selalu kita jaga agar terhindar dari kerusakan-kerusakan lingkungan yang berdampak pada ekosistem kehidupan manusia. Terlalu banyak contoh kerusakan lingkungan yang kita lihat yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Sikap positif dan ramah terhadap lingkungan sangat diperlukan guna terciptanya lingkungan hidup  yang sehat, nyaman, indah dan aman.

H.      PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan ini kita bisa lebih memerhatikan lingkungan sekitar disertai dengan tindakan untuk senantiasa menjaganya sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai manusia yang Allah percayakan menjadi kholifah dimuka bumi ini. Kritik dan saran yang membangun sangatlah kita harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 3. Jakarta: Lentera Abadi.
Quthb, Sayyid. 2000. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 9, Jakarta: Gema Insani Pres.
Shihab, M.Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 10, Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 14, Jakarta: Lentera Hati.
http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=456:mukjizat-al-quran-kerusakanlingkungan&catid=71:artikelalquran&Itemid =416 diakses tanggal 28-11-2013 pukul 11.00 WIB.
Id.wikipedia.org/wiki/lingkungan diakses tanggal 28-11-2013 pukul 11.00 WIB
Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/ diakses tanggal 01-12-2013 pukul 15.30 WIB.



[1] Id.wikipedia.org/wiki/lingkungan diakses tanggal 28-11-2013 pukul 11.00 WIB
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah jilid 14, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal.200-201
[3] Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/ diakses tanggal 1-12-2013 pukul 15.30 WIB.
mukjizat-al-quran-kerusakan-lingkungan&catid=71:artikel-al-quran&Itemid=416 , diakses tgl 28-11-2013 pukul 11.00 WIB.
[5] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 9, Jakarta: Gema Insani Pres, 2000, hal.150
[6] Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/ diakses tanggal 1-12-2013 pukul 15.30 WIB.
[7] Itqalhikmah.com/tafsir-surah-ar-ruum-41-bumi-adalah-amanah/ diakses tanggal 1-12-13 jam 15.30
[8] M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 10, Jakarta:Lentera Hati, 2002, hal.457
[9] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 3, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm 408-410
[10] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 3, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm 362-365