Jumat, 27 Juni 2014

KOLABORASI ANTARA BUDAYA DAN TEKNOLOGI UNTUK INDONESIA YANG LEBIH MAJU



KOLABORASI ANTARA BUDAYA DAN TEKNOLOGI
UNTUK INDONESIA YANG LEBIH MAJU









Oleh : Sri Wiji Lestari


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


Menyatukan Budaya dan Teknologi Untuk Indonesia Maju

            Siapa yang tak kenal dengan handphone?! Gadget yang satu ini sudah mendominasi gaya hidup seseorang di era teknologi sekarang. Dulu, ketika orang-orang masih jarang sekali berkomunikasi dengan sanak saudaranya yang jauh karena terbatasnya alat komunikasi, maka sekarang bukan lagi jadi masalah. Sekarang tak perlu lagi menyiapkan kertas untuk menulis surat dan jauh-jauh ke kantor pos untuk mengirimkannya. Hanya memencet tombol, semuanya bisa berkomunikasi kapan saja yang ia mau.  Belum lagi dengan tambahan fitur-fitur lainnya yang memanjakan seperti games, internet, aplikasi android dan jejaring sosial yang sudah mencandui semua kalangan terutama para remaja.
Penemuan teknologi semacam ini tentunya membawa perubahan mencolok dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Hampir semua lapisan masyarakat dari golongan atas seperti para pejabat dan wirausahawan hingga golongan rendah seperti tukang becak pun tak mau ketinggalan untuk memilikinya. 
Negara Indonesia yang menduduki urutan kedelapan sebagai negara yang paling banyak menggunakan internet setelah Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil, Rusia, dan Jerman, dinilai harus bisa mempertahankan budaya  nusantara diera modern. Akan tetapi, dengan begitu bukan berarti terlalu mensakralkan budaya yang kemudian tak mengikuti perkembangan teknologi yang ada melainkan dengan menyelaraskannya antara budaya dan teknologi. Karena bagaimanapun juga, kehadiran teknologi sekarang ini telah membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan manusia.
Sebagian ada yang menganggap, bahwasanya budaya dan teknologi adalah dua unsur yang tidak dapat disatukan. Seperti ada tembok tebal yang menghalanginya. Hal ini dikarenakan teknologi berkaitan dengan alat-alat modern sedangkan budaya cenderung masih bersentuhan dengan hal-hal yang masih tradisional. Paradigma tersebut secara tidak langsung menghambat daya kritis dan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan inovasi-inovasi terbaru. Mereka terpaku dengan budaya-budaya para leluhurnya sehingga mereka enggan untuk melakukan suatu pembaharuan. Padahal kalau menilik peninggalan budaya seperti candi borobudur di Indonesia dan piramida di Mesir, keduanya merupakan peninggalan budaya hasil dari teknologi masa lalu. Tentunya teknologi zaman dahulu berbeda dengan sekarang karena dari tiap zamannya ada penemuan dan pembaharuan teknologi yang diciptakan oleh generasi penerusnya. Oleh karena itu, dalam sebuah masyarakat suatu bangsa, generasi terus lahir bersama budaya dan teknologi yang diciptakannya dan tak seorangpun dapat mencegah fenomena ini.
Berangkat dari hal tersebut, maka tak mustahil untuk kita menyatukan budaya dan teknologi dengan tujuan mempercepat proses pembudayaan teknologi sehingga penteknologian budaya akan akan berkembang pesat.
Di Indonesia sendiri, kolaborasi antara budaya dan teknologi sudah mulai diterapkan. Contohnya seperti batik fraktal yang pembuatannya tak lagi terpaku pada pola kerja manual-tradisional yang mengandalkan manusia melainkan sudah mengarah pada tren pemanfaatan perangkat digital. Hanya dengan beberapa klik, maka tersusunlah pola batik yang yang menarik. Metode ini hanya untuk mendapatkan motif batik. Sementara proses berikutnya sama dengan pembuuatan batik tradisional dengan tetap mempertimbangkan sisi-sisi pelestarian dan pengembangan budaya. Melalui batik fraktal ini, diharapkan para pembatik lebih bisa mengembangkan pola-pola batik menjadi lebih hebat dan lebih variatif. Kemudian dengan mengenalkan budaya batik tersebut kepada dunia luar melalui teknologi maka hal tersebut akan membawa nama baik Indonesia dengan ragam budayanya.
Contoh lainnya adalah robot Si Gale-Gale yang diciptakan oleh mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Teknik. Robot Si Gale-Gale tersebut didesain khusus menggunakan pakaian adat Sumatra dengan dilengkapi alat sensor bunyi. Jika robot itu disentuh empat kali, maka ia akan menari Tor-Tor khas batak. Pembuatan robot ini patut mendapat apresiasi karena dengannya dapat memperkenalkan budaya tari Tor-Tor kepada dunia.
Disinilah, peran penting seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali pejabat yang bersangkutan untuk lebih memperhatikan masalah budaya dan teknologi. Keduanya yang terlihat kontras pada hakikatnya bisa saling bermutualisme, saling menguntungkan satu sama lain dan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Dari teknologi, kita harus mampu menyaring mana budaya nusantara dan budaya luar sehingga tak terjadi kerancuan berbudayamasyarakat akan lebih mudah mengetahui ragam budaya Indonesia yang tersebar dari Sabang samapi Marauke, masyarakat akan lebih berinovatif untuk mengembangkan budaya Indonesia, dan bisa mengenalkan identitas negara kepada khalayak dunia.          


Sri Wiji Lestari
Mahasiswa Tadris Matematika Semester 3
Fakkultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang

Kamis, 26 Juni 2014

Pembuktian Rumus Selimut Kerucut



 
Perhatikan gambar diatas



Luas selimut kerucut = luas juring AOB (lingkaran yang tidak penuh) dengan s sebagai jari-jari.

Panjang busur AB = keliling alas kerucut