HUJAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Keterpaduan Iptek dan Islam
Dosen
Pengampu : Lulu Choirun Nisa S.Si., M.Pd. dan Lutfiyah, M.Ag.
Disusun
oleh:
Ulil
Basiroh (113511029)
Achmad
Naqib (113511033)
Fina
Aulia (123511033)
Isyana
Laksmita Wardhani (123511039)
Sri
Wiji Lestari (123511090)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Semua yang terjadi di
ruang lingkup alam semesta ini tak lain karena kehendak Allah SWT. Dari mulai
mata yang berkedip, daun yang jatuh, planet yang mengitari garis edar, hingga
tiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit. Tidak seorang pun yang bisa
mendatangkan hujan ataupun menahannya turun ke bumi. Seperti firman Allah “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan
kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan
Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. Hujan adalah rahmat. Karena hujan merupakan sebuah prasyarat bagi
kelanjutan aktivitas kehidupan dan memiliki peranan penting bagi semua makhluk
hidup, termasuk manusia. Maka didalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa apa
saja rahmat yang dibukakan bagi seseorang tidak ada satu kekuatanpun yang bisa
mencegahnya. Demikian pula apa saja yang ditahan Allah dari seseorang tidak ada
seseorangpun yang bisa memberikannya selain Allah.
B.
Urgensi
Setiap tetes air hujan
yang diturunkan dari langit bukan semata-mata tetesan air tanpa makna. Tetesan
air itu turun dengan melalui berbagai tahapan atau proses yang didalamnya
terdapat banyak sekali manfaat terutama untuk kelangsungan hidup mahluk hidup. Proses
terbentuknya hujan, air hujan yang turun terasa tawar, dan partikel yang
diturunkan dengan bentuk yang berbeda mengusik perhatian para ilmuwan untuk
mempelajari dan menelitinya secara dalam. Hingga pada awal abad ke-18 muncullah
teori pembentukan hujan oleh para ilmuwan. Namun jauh sebelum teori itu
ditemukan didalam al-Quran telah disebutkan ayat-ayat tentang hujan secara
rinci. Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini disusun yang bertujuan
untuk membuktikan kebenaran proses terjadinya hujan berdasarkan sains dan al Qur’an
maupun keterkaitannya.
II.
TUJUAN
A.
Untuk mengetahui
pengertian hujan.
B.
Untuk menunjukkan proses
terjadinya hujan menurut sains.
C.
Untuk menunjukkan proses
terjadinya hujan menurut Islam.
D.
Untuk membuktikan adanya
keterpaduan hujan menurut sains dan Islam.
E.
Untuk mengetahui apa
saja manfaat hujan.
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hujan
Hujan adalah
air yang turun dari langit. Seperti yang telah diketahui bahwa atmosfer memiliki
beberapa lapisan yaitu troposfer, statosfer, mesosfer, termosfer, dan lonosfer yang
mana pada setiap lapisan tersebut mempunyai masing-masing fungsi. Salah satunya
adalah lapisan trotosfer yang berada pada ketinggian kurang dari 15 km diatas
permukaan bumi dan merupakan tempat terjadinya peristiwa cuaca termasuk hujan.
Hujan yang
turun ke bumi, tidak hanya dalam bentuk air atau es saja. Namun bisa juga dalam
bentuk embun dan kabut. Hujan yang ketika jatuh ke permukaan bumi bertemu
dengan udara yang kering, maka sebagian hujan dapat menguap kembali ke udara.
Bentuk serta ukuran hujan bermacam – macam mulai dari diameter rata-rata
01 millimetre (0.039 in) hingga 9 millimetre (0.35 in).
Butiran kecil disebut butiran awan dan berbentuk bola. Butiran hujan besar
semakin pepat di bawah seperti roti hamburger, butiran terbesar berbentuk mirip
parasut. Berbeda dengan kepercayaan masyarakat, bentuk butir hujan yang asli
justru tidak mirip air mata. Butiran hujan terbesar
di Bumi tercatat di Brazil dan Kepulauan Marshall pada tahun 2004—beberapa di
antaranya sebesar 10 millimetre (0.39 in). Ukuran besar ini
disebabkan oleh pengembunan partikel asap besar atau tabrakan antara sekelompok
kecil butiran dengan air tawar yang banyak.[1]
Hujan turun
dalam berbagai bentuk. Ada yang berupa gerimis, air bercampur serpihan es, dan salju,
tergantung pada ketinggian lingkungan pembekuan (tinggi minimum yang
memungkinkan tercipta kondisi suhu dan tekanan udara yang menyebabkan air
membeku). Jika ketinggian lingkungan pembekuan kurang dari 300 m dari permukaan
tanah, kristal-kristal es tidak memiliki waktu cukup untuk mencair sebelum
mencapai tanah sehingga mereka jatuh sebagai salju. Dikawasan lingkungan
hangat, lingkungan pembekuan cenderung lebih tinggi dan kristal sempat berubah
menjadi tetes air sebelum mencapai permukaan tanah.[2]
Air hujan
yang turun dari langit tidak berasa asin padahal 97% merupakan penguapan air
laut yang asin. Namun, air hujan adalah tawar. Air Hujan bersifat tawar karena
adanya proses fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan sunnatullah ini,
darimanapun asalnya penguapan air ini, baik dari air laut yang asin, atau dari
danau yang mengandung banyak mineral, atau dari dalam lumpur, airnya yang
menguap tidak pernah mengandung bahan lain apapun dari asalnya.[3]
B.
Proses Terjadinya Hujan
Menurut Sains
Hujan terjadi akibat adanya pengaruh konveksi
di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi merupakan sebuah proses pemindahan panas oleh gerak massa
suatu fluida dari suatu daerah ke daerah yang lainnya. Massa atmosfer bagian
bawah dihangatkan oleh radiasi matahari dan oleh panas yang diradiasikan dari
bumi.[4] Air akan menjadi uap melalui penguapan (evaporasi).
Uap air juga bisa berasal dari transpirasi tumbuhan, dan respirasi
hewan dan manusia. Uap air di
atmosfer dibawa oleh angin dalam jarak yang jauh. Uap air yang naik terkumpul
di udara menjadi dingin dan mengalami proses pemadatan (kondensasi).
Dari hasil kondensasi akan menghasilkan awan. Awan-awan itu akan bergerak ke
tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal,
diagonal, maupun horizontal.[5]
Gerakan angin vertikal ke
atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan
gumpalan awan semakin membesar dan saling bertumpang-tindih. Akhirnya gumpalan
awan berhasil mencapai atmosfer yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah
butiran-butiran air dan es mulai terbentuk. Karena terlalu berat dan tidak
mampu lagi ditopang oleh angin dan akhirnya awan yang sudah berisi air ini
mengalami presipitasi (proses jatuhnya air kepermukaan bumi).
Karena semakin rendah, mengakibatkan suhu semakin naik maka es/salju akan
mencair, namun jika suhunya sangat rendah, maka akan turun tetap menjadi salju.[6]
Hingga awal abad ke-20 satu-satunya
hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang
menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan
peran mengawinkan oleh angin dalam pembentukan hujan.
Di atas permukaan laut dan samudera,
gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih.
Pada saat gelembung-gelembung ini pecah ribuan partikel kecil terlempar ke
udara. Partikel-partikel ini yang dikenal sebagai aerosol, bercampur
dengan debu-debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke
lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh
angin dan bertemu dengan uap air disana. Uap air mengembun disekitar partikel
ini dan berubah menjadi butiran air. Butiran air ini mula-mula berkumpul
membentuk awan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan. Jadi angin berperan
mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang
dibawanya dari laut sehingga membantu pembentukan awan hujan.[7]
Dari pemaparan
diatas tentang proses terjadinya hujan secara sains, pembentukan hujan terjadi dalam tiga
tahapan umum. Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara. Kemudian bahan mentah
tadi terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul dari
awan tersebut.[8]
C.
Proses Terjadinya Hujan
Menurut Islam
Di dalam al Qur’an, lebih dari 1400 tahun
yang lalu, Allah telah menerangkan pada umat manusia tentang proses terjadinya
hujan. Salah satu firman Allah itu terdapat dalam surat Ar Rum ayat 48 :
ª!$# Ï%©!$# ã@Åöã yx»tÌh9$# çÏWçGsù $\/$ysy ¼çmäÜÝ¡ö6usù Îû Ïä!$yJ¡¡9$# y#øx. âä!$t±o ¼ã&é#yèøgsur $Zÿ|¡Ï. utIsù s-øsqø9$# ßlãøs ô`ÏB ¾ÏmÎ=»n=Åz ( !#sÎ*sù z>$|¹r& ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ô`ÏB ÿ¾ÍnÏ$t7Ïã #sÎ) ö/ãf tbrçųö;tGó¡o ÇÍÑÈ
“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan
awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya;
maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya,
tiba-tiba mereka menjadi gembira” (QS Ar Rum : 48)
Menurut M. Quraish
Shihab, surat Ar Rum ayat 48 diatas
menjelaskan proses turunnya hujan, dari saat mengirim angin, menggerakkan awan,
membentangkannya di awan, menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu hujan keluar
dari celah-celah awan itu, kemudian
Allah SWT mencurahkan hujan tersebut kepada siapapun yang
dikehendakinya.[9]
Sedangkan pendapat Harun Yahya berkenaan ayat diatas ada 3
tahapan pembentukan hujan[10], yaitu:
1.
Tahap Pertama
“Dialah Allah Yang mengirimkan
angin...”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang
dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan
partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya
akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfer. Kemudian
partikel ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang
naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut perangkap
air.
2.
Tahap Kedua
“...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di
langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di
sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air
hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01 dan 0,02 mm),
awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit
ditutupi dengan awan-awan.
3.
Tahap Ketiga
“...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya...”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam
dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air
hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan
mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Selain dalam surat Ar Rum ayat 48,
Allah SWT juga berfirman dalam ayat lain berkaitan dengan proses terjadinya
hujan, ayat-ayat tersebut diantaranya:
1.
QS Al Hijr ayat 22
$uZù=yör&ur yx»tÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»s¿2 ÇËËÈ
“Dan kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan dan kami turunkan hujan dari langit lalu kami beri minum kamu
dengan air itu” (QS Al Hijr : 22)
2.
QS An Nuur ayat 43
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# ÓÅe÷ã $\/$ptx §NèO ß#Ïj9xsã ¼çmuZ÷t/ §NèO ¼ã&é#yèøgs $YB%x.â utIsù Xôtqø9$# ßlãøs ô`ÏB ¾Ï&Î#»n=Åz ãAÍit\ãur z`ÏB Ïä!$uK¡¡9$# `ÏB 5A$t7Å_ $pkÏù .`ÏB 7tt/ Ü=ÅÁãsù ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ¼çmèùÎóÇtur `tã `¨B âä!$t±o ( ß%s3t $uZy ¾ÏmÏ%öt/ Ü=ydõt Ì»|Áö/F{$$Î/ ÇÍÌÈ
“Tidakkah kamu melihat
bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya,
kemudian menjadikannya bersusun-susun maka kelihatanlah olehmu hujan keluar
dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, yaitu dari gumpalan-gumpalan awan seperti gunung-gunung, maka di
timpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan” (QS An Nuur : 43)
3.
QS Al A’raf ayat 57
uqèdur Ï%©!$# ã@Åöã yx»tÌh9$# #Mô³ç0 ú÷üt/ ôyt ¾ÏmÏGuH÷qu ( #Ó¨Lym !#sÎ) ôM¯=s%r& $\/$ysy Zw$s)ÏO çm»oYø)ß 7$s#t6Ï9 ;MÍh¨B $uZø9tRr'sù ÏmÎ/ uä!$yJø9$# $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# 4 Ï9ºxx. ßlÌøéU 4tAöqyJø9$# öNä3ª=yès9 crã2xs? ÇÎÐÈ
“Dan
Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami
halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka
Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran” (QS Al-A’raf : 57)
D.
Keterpaduan Hujan
Menurut Sains dan Islam
óOÎgÎã\y $uZÏF»t#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKt öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3t y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky ÇÎÌÈ
“Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” (QS Al Fushilat : 53)
Sesuai dengan firman Allah SWT diatas, maka tidak akan satupun
kekeliruan dalam al Qur’an, termasuk pembahasan al Qur’an mengenai hujan.
Penemuan- penemuan tentang kejadian alam semesta ini tidak akan sekali-kali
bertentangan dengan apa yang terkandung dalam al Quran. Hal ini disebabkan
kedua-duanya berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu, semakin banyak ditemukan
fakta-fakta ilmiah tentang suatu hal, maka akan semakin jelas pula bahwa al
Qur’an itu benar.
Dalam ilmu pengetahuan
modern, tahapan-tahapan pembentukan hujan baru dapat dipahami setelah
ditemukannya radar cuaca (istilah radar digunakan pertama kali
tahun 1941, sedangkan cikal bakal radar dikembangkan oleh Robert Watson-Watt
pada tahun 1915)[11]. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga
tahapan umum. Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara. Kemudian bahan mentah
tadi terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul dari
awan tersebut.[12]
Proses
pembentukan hujan dalam al Qur’an juga terdiri dari tiga tahapan. Yang pertama,
angin sebagai pembawa bahan mentah hujan, kemudian bahan baku itu diarak,
dibentangkan, serta dijadikan bergumpal/bertumpang-tindih (menjadi awan), dan
yang terakhir keluarlah air dari celah-celahnya.
Jadi, proses
pembentukan hujan dalam al Qur’an selaras dengan penjelasan sains. Bahkan dalam
al Qur’an ada beberapa ayat berkenaan dengan proses pembentukan hujan.
Ayat-ayat tersebut diantaranya surat Ar Rum ayat 48, surat Al Hijr ayat 22, surat An Nuur ayat 43, dan surat Al A’raf
ayat 57.
Selanjutnya, berbicara mengenai kadar
air hujan yang turun ke bumi, Allah berfirman dalam al
Qur’an surat Adz Dzukhruf ayat 11 :
Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ
”Dan yang menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS Adz
Dzukhruf : 11)
Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu
siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar tertentu”. Kehidupan di
bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua
teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti
ini.
Dalam sains, telah diketahui bahwa air
hujan yang menguap dan turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan ternyata berjumlah
tetap, yakni 513 triliun ton per tahun (dengan
rincian 16 juta ton per detik air yang menguap). Jumlah yang tetap ini
dinyatakan dalam Al Qur'an dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari
langit menurut kadar". Hal ini juga telah diterangkan Rasulullah SAW dalam
sabdanya :
ما
من عام باقل مطرا من عام
“Tidak
ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun (yang lain)”
Al-Baihaqi
meriwayatkan hadits ini dalam As-Sunan Al-Kubra (Juz III/363) dari Ibnu Mas’ud,
dari Rasulullah SAW.[13]
Tetapnya
jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan
kehidupan ini. Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera
mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di
bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap
tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.[14]
E.
Manfaat Hujan
Hujan
berasal dari penguapan air yang ada di atas bumi yang membentuk awan di langit. Awan awan itu kemudian bertumpuk
tumpuk dan saat melemah , awan menurunkan hujan. Awan mengandung 50-5000 tetes air hujan per sentimeter kubik.
Air hujan yang turun itu kemudian membasahi bumi menebarkan kesegaran bagi
segala sesuatu yang ada di atas bumi. Hujan memiliki daya yang menghidupkan
hinggga Allah SWT di dalam Al Qur’an menyebutkan bahwa Dia menghidupkan negeri
yang mati (tandus) dengan air hujan.[15]
$uZø9¨tRur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB %Z.t»t6B ......
“Dan Kami turunkan dari langit, air hujan yang banyak manfaatnya
(diberkahi)...…” (QS. Qaaf : 9)
Dari
sini tampak bahwa terjadinya hujan
merupakan nikmat dan anugerah dari Allah. Dia memberikan keutamaan kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya. Di antara manfaat turunnya hujan
adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai Rezeki
Bagi Seluruh Manusia
uqèdur Ï%©!$# ã@Åöã yx»tÌh9$# #Mô³ç0 ú÷üt/ ôyt ¾ÏmÏGuH÷qu ( #Ó¨Lym !#sÎ) ôM¯=s%r& $\/$ysy Zw$s)ÏO çm»oYø)ß 7$s#t6Ï9 ;MÍh¨B $uZø9tRr'sù ÏmÎ/ uä!$yJø9$# $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# 4 Ï9ºxx. ßlÌøéU 4tAöqyJø9$# öNä3ª=yès9 crã2xs? ÇÎÐÈ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai
pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila
angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus,
lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan
itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang
yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. (QS Al A’raaf : 57)
Allah
memberikan kemampuan kepada air untuk menghidupkan sesuatu yang sudah mati,
seperti tanah karena kandungan-kandungannya (maksudnya sebagaimana Allah
mengirimkan ion-ion hidrogen kepada tanah lalu menghidupkannya). Sesungguhnya,
jika berkehendak, Dia mampu mengembalikan kehidupan kepada manusia setelah
mereka mati.
2.
Untuk Menghidupkan
Bumi
Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ
“Dan
yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kubur)”. (QS Az Zukhruf : 11)
Menurut
para ilmuwan pada hakekatnya, tanah itu hidup. Hanya saja, vitalitasnya baru
dapat bergerak dan berdenyut setelah turunnya hujan. Ada banyak bakteri di dalam
tanah. Jumlahnya mencapai satu triliun bakteri dalam satu gram tanah. Ketika
hujan terhenti dalam waktu yang panjang, bakteri-bakteri ini kehilangan
aktivitasnya secara sempurna dan berubah menjadi seperti kelompok gen yang
mati. Saat turun hujan, bakteri-bakteri ini mendapatkan kembali vitalitasnya
dan mulai melakukan produksi, terutama memproduksi nitrogen. Aktivitas ini
sampai pada aktivitas memberikan kehidupan pada ribuan makhluk hidup yang
kecil.
Demikianlah
kehidupan yang merambah di negeri yang mati dibawah tanah. Dengan itu,
terbentuk rabuk dan hiduplah bermacam-macam biji-biji kecil yang tidak
terlintas dalam benak manusia. Semut dan serangga-serangga kecil lainnya itu membuat sarang-sarangnya di
sana. Dengan begitu terbentuklah kotak dibawah tanah. Demikianlah negeri mati
berubah menjadi negeri yang mendenyutkan kehidupan.
3.
Untuk Dikonsumsi
Oleh Makhluk Hidup di Bumi
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ( /ä3©9 çm÷ZÏiB Ò>#tx© çm÷ZÏBur Öyfx© ÏmÏù cqßJÅ¡è@ ÇÊÉÈ
“Dialah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk
kalian, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kalian mengembalakan ternak
kalian.” (QS. An-Nahl : 10)[16]
Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan
makhluk hidup di muka bumi. Ia merupakan
sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat, tidak hanya
manusia, tapi hampir semua makhluk. Allah membagikan hujan dengan sangat teliti
dan bijaksana. Air yang dibawa oleh hujan mengalir dari daratan ke lautan dan
samudra setelah menjalankan perannya dalam mengairi tumbuh-tumbuhan, member
minum hewan-hewan dan manusia yang banyak, meremukkan bebatuan bumi, membentuk
tanah, mengentalkan keledak (sedimen) yang masih mentah, membuat dan
membelah saluran dan aliran air, termasuk meringankan dan melembabkan udara.
4.
Sebagai
Penyuci Dalam Thaharah
ãAÍit\ãur..... Nä3øn=tæ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB Nä.tÎdgsÜãÏj9 ¾ÏmÎ/ ......... ÇÊÊÈ
“.....dan
Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan
itu .....”, (QS Al Anfaal : 11)
Air hujan yang turun dari langit
hukumnya adalah suci. Bisa digunakan untuk berwudhu, mandi atau membersihkan
najis pada suatu benda. Meski pun di zaman sekarang ini air hujan sudah banyak
tercemar dan mengandung asam yang tinggi, namun hukumnya tidak berubah, sebab
kerusakan pada air hujan diakibatkan oleh polusi dan pencemaran ulah tangan
manusia dan zat-zat yang mencemarinya itu bukan termasuk najis. Ketika air dari
bumi menguap naik ke langit, maka sebenarnya uap atau titik-titik air itu
bersih dan suci. Meskipun sumbernya dari air yang tercemar, kotor atau najis.
Sebab ketika
disinari matahari, yang naik ke atas adalah uapnya yang merupakan proses
pemisahan antara air dengan zat-zat lain yang mencemarinya. Lalu air itu turun
kembali ke bumi sebagai tetes air yang sudah mengalami proses penyulingan
alami. Jadi air itu sudah menjadi suci kembali lewat proses itu
IV.
KESIMPULAN
A.
Hujan adalah air yang
turun dari langit sekalipun dalam bentuknya ada yang berupa gerimis, air
bercampur serpihan es, dan salju, tergantung pada ketinggian lingkungan pembekuan.
B.
Pembentukan hujan menurut sains terjadi dalam tiga tahap.
Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara. Kemudian bahan mentah tadi
dikawinkan dan terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun
muncul dari awan tersebut.
C.
Pembentukan hujan dalam al Qur’an juga
terdiri dari tiga tahapan. Yang pertama, angin sebagai pembawa bahan mentah
hujan, kemudian bahan baku itu diarak, dibentangkan, dikawinkan serta dijadikan
bergumpal/bertumpang-tindih (menjadi awan), dan yang terakhir keluarlah air
dari celah-celahnya. Proses ini dijelaskan dalam surat Ar Rum ayat 48, surat Al Hijr ayat 22, surat An Nuur ayat 43, dan surat Al A’raf
ayat 57.
D.
Kajian sains mengenai hujan dan kadar hujan yang turun ke
bumi setiap tahunnya selalu sama, selaras dengan penjelasan al Qur’an dan
hadits Rasulullah SAW. Ini menunjukkan keterpaduan antara sains dan islam.
E.
Beberapa manfaat hujan diantaranya sebagai rezeki bagi
seluruh manusia, untuk menghidupkan bumi, dan dikonsumsi oleh makhluk hidup di
bumi.
V.
PENUTUP
Demikian penjelasan yang dapat kami uraikan dalam makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami mengharap kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini menjadi yang lebih baik. Akhir kata,
kami sebagai pemakalah memohon maaf apabila ada kesalahan dalam isi makalah
maupun sistematika penulisan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
_______________, 2007, Ensiklopedia
IPTEK Jilid 1, Jakarta : Lentera Abadi
An-Najjar, Zaghlul, 2011, Sains dalam Hadits, Jakarta :
AMZAH
Neil, Campbel A, 2004, Biologi Jilid 3, Jakarta : Erlangga
Sakho, Muhammad Ahsin, Dr., 2009, Ensklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunah-Kemukjizatan
Tentang Bumi dan Laut, Jakarta : PT Kharisma Ilmu
Shihab, M. Quraish, 2012, Al-Lubab, Tangerang : Lentera
Hati
Tjasyono, Bayong, 2013, Ilmu Kebumian Dan Antariksa, Bandung
: Remaja Rosda Karya
Yahya, Harun, 2002, Al-Qur’an Dan
Sains, Bandung : Nickleodeon Books
__________________, 2008, Proses Terbentuknya/Terjadinya Hujan
Alami dan Buatan – Ilmu Pengetahuan Fisika, www.organisasi.org, diakses pada tanggal 4 April 2014
__________________, _____, Radar,
www.wikipedia.org, diakses tanggal 5 April 2014
Harun, Yahya, _____, Kadar Hujan, www.keajaibanalquran.com,
diakses pada tanggal 4 April 2014
________________, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada 4 April 2014
________________, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan
diakses pada tanggal 26 Juni 2014)
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan (diakses pada tanggal 26
Juni 2014)
[2] Ensiklopedia
IPTEK Jilid 1, (Jakarta : Lentera Abadi, 2007), hlm. 38-39
[3]http://id.harunyahya.com/id/Buku/864/menyingkap-rahasia-alam-semesta,
diakses pada tanggal 26 Juni 2014
[4]Campbel Neil A, Biologi Jilid 3, (Jakarta : Erlangga,
2004), hlm. 277
[5]Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian Dan Antariksa, (Bandung
: Remaja Rosda Karya, 2013), hlm. 129
[6]____, 2008, Proses Terbentuknya/Terjadinya Hujan Alami dan
Buatan – Ilmu Pengetahuan Fisika, www.organisasi.org, diakses pada
tanggal 4 April 2014
[7] Harun Yahya, Al-Qur’an Dan Sains (Nickleodeon
Books: Bandung, 2002), hlm. 100-101
[8] Harun, Yahya, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
[9] M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Lentera Hati :
Tangerang, 2012), hlm. 158
[10] Harun, Yahya, ____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada 4 April 2014
[11] ___________, _____, Radar, www.wikipedia.org,
diakses pada tanggal 7 April 2014
[12] Harun, Yahya, _____, Pembentukan Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
[13] Zaghlul An-Najjar, Sains dalam Hadits, (Jakarta
: AMZAH, 2011), hlm. 88
[14] Harun, Yahya, _____, Kadar Hujan, www.keajaibanalquran.com, diakses pada tanggal 4 April 2014
[15] Muhammad Ahsin Sakho, Dr., Ensklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunah-Kemukjizatan
Tentang Bumi dan Laut, (Jakarta : PT Kharisma Ilmu, 2009), hlm. 62-70
[16] An-Najjar Zaghlul, Sains
dalam Hadits, hlm. 80-90
Tidak ada komentar:
Posting Komentar