KOLABORASI ANTARA BUDAYA
DAN TEKNOLOGI
UNTUK INDONESIA YANG
LEBIH MAJU
Oleh : Sri Wiji Lestari
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
Menyatukan Budaya dan
Teknologi Untuk Indonesia Maju
Siapa yang tak kenal dengan
handphone?! Gadget yang satu ini sudah mendominasi gaya hidup seseorang di era
teknologi sekarang. Dulu, ketika orang-orang masih jarang sekali berkomunikasi
dengan sanak saudaranya yang jauh karena terbatasnya alat komunikasi, maka sekarang
bukan lagi jadi masalah. Sekarang tak perlu lagi menyiapkan kertas untuk
menulis surat dan jauh-jauh ke kantor pos untuk mengirimkannya. Hanya memencet
tombol, semuanya bisa berkomunikasi kapan saja yang ia mau. Belum lagi dengan tambahan fitur-fitur lainnya
yang memanjakan seperti games, internet, aplikasi android dan jejaring sosial
yang sudah mencandui semua kalangan terutama para remaja.
Penemuan teknologi
semacam ini tentunya membawa perubahan mencolok dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat. Hampir semua lapisan masyarakat dari golongan atas seperti para
pejabat dan wirausahawan hingga golongan rendah seperti tukang becak pun tak
mau ketinggalan untuk memilikinya.
Negara Indonesia yang
menduduki urutan kedelapan sebagai negara yang paling banyak menggunakan
internet setelah Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil, Rusia, dan
Jerman, dinilai harus bisa mempertahankan budaya nusantara diera modern. Akan tetapi, dengan
begitu bukan berarti terlalu mensakralkan budaya yang kemudian tak mengikuti
perkembangan teknologi yang ada melainkan dengan menyelaraskannya antara budaya
dan teknologi. Karena bagaimanapun juga, kehadiran teknologi sekarang ini telah
membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan manusia.
Sebagian ada yang
menganggap, bahwasanya budaya dan teknologi adalah dua unsur yang tidak dapat
disatukan. Seperti ada tembok tebal yang menghalanginya. Hal ini dikarenakan
teknologi berkaitan dengan alat-alat modern sedangkan budaya cenderung masih
bersentuhan dengan hal-hal yang masih tradisional. Paradigma tersebut secara
tidak langsung menghambat daya kritis dan kreativitas masyarakat untuk
menghasilkan inovasi-inovasi terbaru. Mereka terpaku dengan budaya-budaya para
leluhurnya sehingga mereka enggan untuk melakukan suatu pembaharuan. Padahal
kalau menilik peninggalan budaya seperti candi borobudur di Indonesia dan
piramida di Mesir, keduanya merupakan peninggalan budaya hasil dari teknologi
masa lalu. Tentunya teknologi zaman dahulu berbeda dengan sekarang karena dari
tiap zamannya ada penemuan dan pembaharuan teknologi yang diciptakan oleh generasi
penerusnya. Oleh karena itu, dalam sebuah masyarakat suatu bangsa, generasi
terus lahir bersama budaya dan teknologi yang diciptakannya dan tak seorangpun
dapat mencegah fenomena ini.
Berangkat dari hal
tersebut, maka tak mustahil untuk kita menyatukan budaya dan teknologi dengan
tujuan mempercepat proses pembudayaan teknologi sehingga penteknologian budaya
akan akan berkembang pesat.
Di Indonesia sendiri,
kolaborasi antara budaya dan teknologi sudah mulai diterapkan. Contohnya
seperti batik fraktal yang pembuatannya tak lagi terpaku pada pola kerja
manual-tradisional yang mengandalkan manusia melainkan sudah mengarah pada tren
pemanfaatan perangkat digital. Hanya dengan beberapa klik, maka tersusunlah
pola batik yang yang menarik. Metode ini hanya untuk mendapatkan motif batik.
Sementara proses berikutnya sama dengan pembuuatan batik tradisional dengan
tetap mempertimbangkan sisi-sisi pelestarian dan pengembangan budaya. Melalui
batik fraktal ini, diharapkan para pembatik lebih bisa mengembangkan pola-pola
batik menjadi lebih hebat dan lebih variatif. Kemudian dengan mengenalkan
budaya batik tersebut kepada dunia luar melalui teknologi maka hal tersebut
akan membawa nama baik Indonesia dengan ragam budayanya.
Contoh lainnya adalah
robot Si Gale-Gale yang diciptakan oleh mahasiswa Universitas Indonesia jurusan
Teknik. Robot Si Gale-Gale tersebut didesain khusus menggunakan pakaian adat Sumatra
dengan dilengkapi alat sensor bunyi. Jika robot itu disentuh empat kali, maka
ia akan menari Tor-Tor khas batak. Pembuatan robot ini patut mendapat apresiasi
karena dengannya dapat memperkenalkan budaya tari Tor-Tor kepada dunia.
Disinilah, peran penting
seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali pejabat yang bersangkutan untuk lebih
memperhatikan masalah budaya dan teknologi. Keduanya yang terlihat kontras pada
hakikatnya bisa saling bermutualisme, saling menguntungkan satu sama lain dan
melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Dari teknologi, kita harus mampu
menyaring mana budaya nusantara dan budaya luar sehingga tak terjadi kerancuan
berbudayamasyarakat akan lebih mudah mengetahui ragam budaya Indonesia yang
tersebar dari Sabang samapi Marauke, masyarakat akan lebih berinovatif untuk
mengembangkan budaya Indonesia, dan bisa mengenalkan identitas negara kepada
khalayak dunia.
Sri Wiji Lestari
Mahasiswa Tadris Matematika Semester
3
Fakkultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Walisongo Semarang